

Sudah setahun lebih ngga nulis dan sekalinya nulis beda banget topiknya sama tulisan sebelumnya. Yaps! Kali ini aku akan cerita tentang pengalaman mengikuti event gowes Audax di Purwokerto. Untuk temen-temen yang udah follow-followan sama aku di IG, pasti udah pada tahu dong kalau setahun terakhir ini aku hobi banget sama yang namanya sepedahan. Nah, makanya aku pengen cerita sedikit soal hobiku ini.
Audax Randonneurs adalah sebuah event bersepeda jarak jauh dengan batas waktu tertentu. Yang membuat Audax berbeda dengan event lain adalah di event ini, peserta harus mandiri alias tidak ada support. Tidak ada support itu artinya tidak ada yang menyediakan logistik di cek poin, tidak ada mekanik yang akan membantu jika sepeda bermasalah, tidak ada petugas yang menutup jalan ataupun menunjukkan jalan, dan tidak ada tim evakuasi jika dirasa tidak bisa melanjutkan perjalanan lagi. Eh? Ga ada fasilitas? Aneh ngga sih? Sudah bayar sejumlah uang (start from IDR 400k) kok ga dapat fasilitas. Hehehe.. Ya itu lah yang bikin serunya Audax. Sebuah kepuasan diri untuk bisa menyelesaikan trip tanpa support dengan waktu terbatas. Tidak hanya mengandalkan ketangguhan saat bersepeda saja, tapi juga bagaimana mempersiapkan sebuah perjalanan dan mengelola fisik dan mental sebelum hingga saat perjalanan. Para finisher Audax akan mendapatkan brevet dan pengakuan bahwa mereka sudah “lulus” dari organisasi induknya Audax di Perancis, Audax Club Parisien, jika mengikuti dan bisa menyelesaikan jarak minimal 200 km. Di Indonesia sendiri, Audax masih pada tahap sosialisasi. Untuk itu, ada satu kategori Audax yang dikenal dengan nama Popular Audax dengan jarak 100 km. Karena sifatnya yang lebih untuk pengenalan, tentu saja finisher kategori ini tidak tercatat di Audax Club Parisien sono.
Trus Dipsi ikut yang mana? Ya tentu saja yang 100 km (kok malah macak bangga =_=) . Lebih tepatnya peserta penggembira (pukpuk myself :D). Meski hanya peserta penggembira a.k.a pupuk bawang, namun bukan berarti aku bisa menyepelekan persiapan lho.. Tetap saja semua harus dipersiapkan dengan baik. Apalagi rute kali ini asing untukku. Jadi apa saja yang harus disiapkan? Let’s check this out..
1. Persiapan rute
Sebelum mengikuti event gowes, sebaiknya pelajari dulu rute yang akan dilalui. Berapa jauh jaraknya, seperti apa elevasinya, seperti apa kondisi jalanannya, dll. Biasanya beberapa hari sebelum hari H (atau malah sejak awal) panitia akan mengumumkan rute yang akan dilalui. Biasanya aku akan melihat melalui Google Map untuk gambaran umumnya. Apakah akan melewati pegunungan, pantai, perkotaan, atau yang lain.
Selanjutnya adalah melihat elevasinya. Dulu para coach di gtGowes (klub hobi sepeda Gamatechno) pernah mengajarkan cara menganalisis rute menggunakan Google Earth dan Strava. Naah, karena penjelasannya masuk kuping kiri keluar kuping kanan, aku sampai sekarang masih tidak tahu caranya (Maafkan downline yang tidak berguna ini). Tapi jangan khawatir, karena para coach juga ikut event ini, mereka yang akan melakukan analisis rute. Kita bisa nebeng saja. Dan tentu saja sesuai perkiraan, beberapa saat setelah rute diumumkan, coach Nugie sudah mengirim potongan gambar elevasi rute yang akan dilalui beserta penjelasannya di WA group kami.

Dari gambar tersebut dapat kita lihat kalau kebanyakan jalan datar. Tantangan yang harus dihadapi adalah setelah cek poin 1. Kenapa? Karena tanjakan dimulai di 30% akhir perjalanan, yang mana tenaga sudah mulai habis dan matahari mulai terik. Kemudian, seberapa berat tanjakannya? Aku akan membandingkan elevasi berikut jarak dengan segmen yang pernah kulalui di Strava. Untuk tanjakan mBuntu, aku membandingkannya dengan trip ke jembatan Kali Boyong.


Setelah memastikan aku bisa melalui rute yang mirip, maka untuk selanjutnya aku tinggal mempersiapkan fisik, mental dan sepedaku.
2. Yang kedua adalah persiapan fisik.

3. Yang ketiga persiapan sepeda.
Jika sehari-hari kita sudah melakukan perawatan rutin pada sepeda, maka tidak banyak yang perlu kita lakukan. Cukup memastikan rem, ban, dan gear berfungsi dengan baik. Kebetulan tidak ada part baru di sepedaku, jadi aku tidak perlu melakukan setting khusus. Pastikan lampu berfungsi dengan baik, juga membawa ban dalam cadangan. Ketika H-1, aku merusakkan ban dalamku saat hendak memompanya. Akhirnya aku harus menggunakan ban cadangan lebih awal, yang berakibat aku bersepeda tanpa ban cadangan. Hal ini jangan ditiru ya.. Seharusnya aku mencari toko sepeda terdekat yang bisa kutemui, namun aku terlalu malas, bahkan untuk mampir saat melewati toko sepeda di perjalanan. Dan benar saja, banku pecah di KM90-an. Nasibku cukup baik karena itu terjadi di pusat keramaian dan cukup berjalan 300m sebelum menemukan toko sepeda yang cukup lengkap.
4. Yang keempat persiapan mental

Kalau semua sudah, tunggu apa lagi? Yuk segera ambil helmnya dan kayuh sepedamu ;)
#happycyclinghappyme
Categories:
Kota:
Diskusi Terkini