Saya sebagai penderita diabetes merasakan manfaat sehat yang luar biasa dengan bersepeda. Kondisi diabetes terparah adalah pada November 2010, saat itu gula darah puasa (GDP) mencapai 261 dan gula darah 2 jam (GD2P) saya mencapai 378. Lebih kurang selama empat tahun saya masih mencari-cari pola makan, tapi bagaimana pun yang saya coba hasilnya gula darah masih tetap tinggi. Saat itu indikator HbA1C berada di angka 8,2% termasuk dalam kategori "Poor Diabetic Control". Secara literatur medis, saya sudah resmi menyandang penyakit Diabetes Melitus.
Akhirnya titik terang mulai nampak tahun 2013, saat itu niat sudah bulat untuk CoretGula.com. Benar-benar menghindari segala bentuk makanan "jahat" yang hasil akhir pengolahan di tubuh berubah menjadi gula, ini termasuk nasi putih, snack roti, donat, kentang, dan kawan-kawannya. Lho kok kentang dicoret? Ya, karena saya rajin melakukan profiling, mengenali karakteristik makanan terhadap gula darah, setiap mencoba makanan baru selalu rajin cek gula darah mandiri. Kentang (rebus maupun dibakar) termasuk salah satu yang "jahat". Bagaimana cara menikmati hidup namun aman tanpa meningkatkan gula darah ada di artikel Manisnya Hidup, Kita yang Pilih!
Saya mulai menjalankan CoretGula.com sejak Desember 2012, dimana saat itu GDP 233 dan GD2P 310. Sesudah 4 bulan menjalankan CoretGula.com (April 2013), alhamdulilah hasilnya benar-benar nyata, GDP menjadi 169 dan GD2P bisa menjadi 150. Indikator HbA1C langsung melompat 2 level di angka 5,6% atau masuk kategori "Good Diabetic Control". Ini adalah level terbaik bagi kaum penderita diabetes, level diatasnya ("Non Diabetic Adult") adalah mereka yang normal bukan penderita diabetes. Tentunya saya ingin angka ini turun lagi, inginnya agar GDP bisa normal di angka 100. Namun apa daya, sesudah mencoba berbagai kombinasi pola diet dan pengetatan makan, GDP dan GD2P stabil saja di angka itu tidak mau turun. Pencapaian itu belum menggunakan olahraga, bisa dibilang sangat jarang berolahraga.
Keinginan saya waktu itu sangat kuat untuk menurunkan lagi GDP dan GD2P, sejak itu frekuensi olahraga saya tingkatkan, minimal saya bersepeda 3x seminggu. Memulainya juga bertahap, diawali dengan 8 km per trip (40 menit), hingga akhirnya berselang 7 bulan (pada November 2013) berhasil menempuh 30 km per trip (1,5 jam). Sesudah dilakukan cek lab, ternyata apa kata literatur itu memang benar, bahwa olahraga dapat membantu menurunkan gula darah, GDP menjadi 101, GD2P menjadi 114. Hanya dalam 7 bulan (pola diet sama seperti sebelumnya, tidak menggunakan obat) berhasil menurunkan GDP menjadi 40%. Indikator HbA1 sekarang ini (9 Feb 2015) stabil di 5,6%. Secara literatur, kondisi ini disebut sebagai "prediabetes". Genap 3 tahun berselang, alhamdulilah dari kondisi Diabetes Melitus sudah berbalik membaik menjadi kondisi prediabetes. Mengutip dari berita Republika Online, "Berbeda dengan diabetes yang tidak dapat disembuhkan, individu dengan prediabetes bisa kembali normal".
Berdasarkan referensi lain di website Diabetes.org, HbA1C <5,7% sudah termasuk normal. Alhamdulilah, sungguh sangat bersyukur atas semua yang telah dicapai hingga saat ini.
Tentunya ini menjadi harapan baru, api semangat bersepeda juga terus membara. Saya masih melanjutkan perjuangan, minimal dapat mempertahankan apa yang telah dicapai sekarang ini, semoga suatu hari kelak dapat menjadi sehat normal kembali. Semoga sharing ini bermanfaat untuk menguatkan keyakinan sesama penderita diabetes untuk terus melanjutkan gaya hidup sehat.
Tetap Semangat!
Lokasi:
Categories:
Penyakit:
Diskusi Terkini